Bayangkan tidak bisa membaca satu paragraf atau mengikuti percakapan tanpa pikiran Anda mengembara.
Kehilangan jejak waktu adalah sesuatu yang Anda kenal di antara keluarga dan teman, dan Anda tampaknya tidak dapat memenuhi tenggat waktu meskipun sudah berusaha sebaik mungkin.
Kecenderungan Anda untuk berbicara tanpa berpikir kadang melukai perasaan. Anda mungkin sesekali menyela orang agar tidak lupa apa yang ingin Anda katakan.
Sekarang bayangkan teman dan keluarga Anda memberi tahu Anda bahwa attention deficit hyperactivity disorder (ADHD) bukanlah kondisi yang nyata, dan Anda harus berusaha lebih keras.
Apa itu stigma ADHD?
Stigma adalah stereotip atau persepsi negatif tentang karakteristik tertentu, seringkali berdasarkan informasi yang salah atau kesalahpahaman. Ini dapat menyebabkan konsekuensi berbahaya, terutama ketika kesehatan terlibat. Kondisi kesehatan mental seringkali menjadi sasaran stigma.
Meskipun pengetahuan dan kesadaran publik tentang kondisi kesehatan mental semakin meningkat, ada beberapa kesalahpahaman umum tentang ADHD yang terus berlanjut dan menimbulkan stigma.
Menurut Children and Adults with Attention-Deficit/Hyperactivity Disorder (CHADD), mitos-mitos tersebut adalah sebagai berikut:
- Itu bukan gangguan yang nyata.
- Itu hanya mempengaruhi anak-anak, bukan orang dewasa.
- Itu hanya mempengaruhi anak laki-laki atau tidak separah pada anak perempuan dan wanita.
- Itu terlalu sering didiagnosis.
- Pola asuh yang buruk menyebabkan ADHD.
- Orang dengan ADHD terlalu banyak minum obat.
Neurotipikal vs neurodivergen
Neurotipikal menggambarkan seseorang yang memproses informasi dengan cara yang khas dalam budaya dominan dan di antara rekan-rekan mereka. Di sisi lain, neurodivergent menggambarkan orang yang memproses informasi dengan cara yang berbeda karena perbedaan di otaknya. Orang dengan ADHD terkadang diidentifikasi sebagai neurodivergen, tetapi pada akhirnya cara mereka mengidentifikasi adalah pilihan pribadi.
Bagaimana stigma memengaruhi orang dengan ADHD
Stigma dapat mempersulit hidup dengan ADHD. Ini juga dapat mempersulit orang tua atau wali yang mengasuh anak dengan ADHD.
Stigma ADHD dapat menyebabkan tantangan dalam lingkungan sosial, pekerjaan, dan sekolah. Ini juga dapat memengaruhi cara seseorang dengan ADHD memandang dirinya sendiri, terutama jika mereka mulai mempercayai stereotip negatif tentang ADHD. Ini disebut stigma yang diinternalisasi atau stigma diri.
Gejala ADHD seperti impulsif dan kurang perhatian memengaruhi fungsi dan interaksi sehari-hari dengan orang lain. Menurut penelitian dari tahun 2019, ini berarti orang dengan ADHD terkadang dianggap sebagai:
- tidak sopan
- tidak bisa diandalkan
- belum dewasa
- lemah dalam karakter
- disfungsional secara emosional
Stigma dapat membuat orang dengan ADHD dan pengasuh menghindari mencari perawatan, yang berarti keterlambatan diagnosis dan pengobatan. ADHD yang tidak diobati terkait dengan beberapa hasil negatif, menurut tinjauan penelitian tahun 2015. Ini termasuk:
- kecemasan
- depresi
- gangguan kepribadian
- rendah diri
- kesulitan hubungan
- ketidakstabilan pekerjaan
- interaksi orangtua-anak yang bermasalah
- gangguan penggunaan zat
- tingkat kejahatan dan kecelakaan kendaraan bermotor yang lebih tinggi
- peningkatan angka kematian
Ada juga stigma yang melekat pada pengobatan ADHD dengan obat-obatan. Kesalahpahaman tentang pengobatan sebagai “perbaikan mudah” atau kompensasi untuk pengasuhan yang tidak memadai dapat membuat penderita ADHD cenderung tidak mencari pengobatan.
Stigma pada kelompok usia yang berbeda
ADHD adalah suatu kondisi yang mempengaruhi orang-orang dari segala usia. Oleh karena itu, stigma dapat mempengaruhi orang pada setiap tahap kehidupan.
Misalnya, orang dewasa dengan ADHD mungkin takut mengungkapkan diagnosisnya di tempat kerja karena stigma. Anak-anak mungkin merasa dihakimi oleh teman sekelas mereka di sekolah untuk perilaku yang berkaitan dengan ADHD, merasa sulit untuk menyesuaikan diri dan berteman.
Beberapa penelitian menunjukkan anak-anak dengan ADHD empat kali lebih mungkin menghadapi penolakan teman sebaya dibandingkan dengan anak-anak neurotipikal. Ini dapat terjadi bahkan setelah beberapa jam interaksi.
Di masa dewasa, berbagai jenis stigma dapat mempersulit hidup dengan ADHD. Peserta dalam studi tahun 2018 melaporkan mengalami efek dari:
- stigma yang terinternalisasi
- diskriminasi yang diantisipasi
- stigma publik yang dirasakan
Selain itu, media umumnya meliput cerita tentang ADHD pada anak-anak di ruang kelas. Hal ini menimbulkan kesan bahwa orang dewasa tidak mengalami efek ADHD dan memperkuat anggapan bahwa ADHD bukanlah kondisi nyata atau selalu berakhir setelah masa kanak-kanak.
Kenyataannya, perkiraan menunjukkan 50 sampai 70 persen anak-anak dengan ADHD akan terus mengalaminya di masa dewasa.
Bagaimana stigma mempengaruhi pengasuh
Merawat anak dengan ADHD dapat menghadirkan tantangan tersendiri. Banyak pengasuh dalam situasi ini menavigasi stigma.
Mungkin Anda merasa diteliti oleh orang tua lain, guru anak, dan bahkan profesional kesehatan. Stigma dapat memengaruhi pilihan pengasuhan dan perawatan yang Anda buat, seperti memutuskan apakah anak Anda akan minum obat.
Stigma afiliasi mungkin menyebabkan perasaan ini. Stigma afiliasi adalah jenis stigma yang diinternalisasi yang memengaruhi anggota keluarga atau pengasuh orang dengan kondisi seperti ADHD.
- kualitas hidup yang lebih rendah
- meningkatkan stres
- mempengaruhi tingkat perawatan yang diberikan kepada orang dengan ADHD
- menyebabkan kurang kerjasama dengan profesional kesehatan
- menyebabkan sikap negatif terhadap diagnosis dan pengobatan ADHD
Cara mengurangi stigma ADHD
Pendidikan adalah alat yang ampuh yang dapat membantu mengurangi stigma. Penelitian telah menemukan bahwa kontak pribadi dengan orang yang menderita ADHD dan pendidikan tentang mitos ADHD adalah dua cara efektif untuk mengurangi stigma.
Jika Anda ingin membantu mengatasi stigma ADHD, pertimbangkan untuk berbagi:
- Cerita Anda sendiri: Jika Anda hidup dengan ADHD atau merawat anak dengan ADHD, Anda dapat meningkatkan kesadaran dengan membagikan cerita Anda. Manfaatkan peluang untuk meningkatkan kesadaran akan kondisi ini di jejaring sosial Anda sendiri, sistem dan organisasi sekolah lokal, outlet berita, dan seterusnya.
- Informasi tentang pengobatan: Beri tahu orang lain bahwa pengobatan bukanlah cara untuk mengkompensasi pengasuhan atau kemalasan yang sebenarnya atau dianggap tidak memadai. Sebaliknya, ini bekerja dengan mengoreksi perbedaan kimiawi otak ADHD, dan biasanya efektif.
- Temuan penelitian baru: Berbagi informasi tentang penelitian ADHD dapat membantu mengurangi stigma dengan menunjukkan validitas medis dari kondisi tersebut. Sebagai contoh, sebuah studi pencitraan otak tahun 2017 mengungkapkan perbedaan neurologis pada anak laki-laki dengan ADHD bila dibandingkan dengan rekan-rekan neurotipikal. Hal ini memungkinkan para peneliti untuk mengidentifikasi berbagai subtipe ADHD dalam kelompok tersebut.
- Sumber terpercaya untuk belajar: Organisasi, seperti Attention Deficit Disorder Association (ADDA) dan CHADD, adalah tempat yang baik untuk memulai saat mencari sumber daya dan dukungan ADHD.
Bagi banyak orang, stigma yang terkait dengan ADHD membuat kondisi ini semakin sulit untuk dijalani. Stigma dapat mengganggu diagnosis dan perawatan yang tepat, yang menyebabkan hasil kesehatan yang lebih buruk.
Berbagi informasi yang akurat tentang ADHD adalah cara yang efektif untuk membantu mengurangi stigma. Apakah Anda menawarkan cerita dari pengalaman Anda sendiri atau fakta dan statistik dari sumber yang dapat dipercaya, Anda membantu membangun jembatan antara orang dengan ADHD dan mereka yang memiliki perasaan terstigmatisasi tentang kondisi tersebut.